SeputarIndonesia.tv || Surabaya, - Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Kedungadem Bojonegoro menyelenggarakan Diskusi Kepemudaan dengan tema “Muhammadiyah dari Prospek Politik dan Ekonomi” yang dilaksanakan pada Selasa, (7/3) bertempat di Perguruan Muhammadiyah Kedungadem.
Kegiatan kali ini menghadirkan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur M. Khoirul Abduh, S.Ag, M.Si, dan Dr Nazaruddin Malik, M.Si, serta Agung Supriyanto SH, Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, yang dihadiri 80 orang peserta dari Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Kedungadem.
Pada sambutannya Ahmad Lazim (Ketua PCPM Kedungadem) menyampaikan “diskusi ini sesuai temanya yang ditekankan pada pergerakan Muhammadiyah dalam politik dan ekonomi, diharapkan pemuda Muhammadiyah dapat bersinergi dan berjejaring luas disemua bidang”
“Agar kegiatan jalannya diskusi berjalan lancar dan mengalir, disediakanlah durian, rokok, dan kopi,” tambahnya.
Dalam rilisnya, Jumat (10/3/2023), diskusi tersebut berbeda dengan dengan diskusi biasanya, karena setelah acara pembukaan moderator langsung mempersilahkan para audiensi untuk memberikan pertanyaan kepada para pemateri. Hal ini di rasa sangat efisien, sehingga uneg-uneg yang ada di peserta bisa di berikan solusi oleh para pemateri.
Menanggapi pertanyaan terkait konsep dakwah, M. Khoirul Abduh menyampaikan, bahwa Muhammadiyah organisasi premium, konsep dakwahnya juga harus membumi. Ia mencontohkan dalam konteks kemandirian ekonomi, Pemuda Muhammadiyah misalnya, mampu membuat kafe sebagai wahana dakwah.
“Dibuatkan kafe, tetapi pada saat sholat tiba seluruh pengunjung bisa sholat berjamaah.
Kan keren,” kelakarnya yang disambut tepuk tangan peserta.
“Dalam konteks politik, Muhammadiyah harus berfikir strategis agar Muhammadiyah mampu memberi warna dalam membangun indonesia,” tambah mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur 2010-2014.
Senada dengan Abduh, Dr Nazaruddin Malik juga mengatakan bahwa Muhammadiyah itu besar. “Besar sekali, luas dan luwes. Untuk itu kader juga harus mampu menerjemahkan kebesaran Muhammadiyah itu,” ujar Wakil Rektor II UMM Malang tersebut.
Lebih lanjut Dr Nazar mengungkapkan, dalam konteks gerakan, Muhammadiyah memiliki 2 dimensi. “Yakni pemikiran dan tajdid, maka Muhammadiyah harus berada di relung-relung nafas kehidupan masyarakat,” terangnya.
Untuk itu, Dr Nazar menggaris bawahi bahwa siapapun yang berfikiran maju dan berkemajuan bisa digolongkan menjadi orang Muhammadiyah meskipun tidak ber-NBM (Nomor Baku Muhammadiyah).
Disisi lain, Agung Supriyanto menyampaikan jika posisioning Muhammadiyah masih tarik-menarik. “Ini terjadi karena teologi politik Muhammadiyah dahwah amar makruf nahi mungkar,” katanya.
Agung juga menambahkan, bahwa diaspora kader Muhammadiyah pada politik praktis masih berjalan sendiri-sendiri. “Di PDI Perjuangan berjalan dengan caranya sendiri, di Golkar bejalan dengan caranya sendiri, yang di PKS, di PAN dan di partai-partai lain masih berjalan sendiri-sendiri,” terangnya.
Maka menurut Agung, Muhammadiyah harus berinvestasi di politik praktis. “Yakni dengan menghibahkan kader-kadernya di bidang politik praktis. Serta mempunyai tujuan yang sama, yakni melanjukan cita-cita Muhammadiyah itu sendiri,” pungkasnya.
Penulis : Ham
Editor : Dwi. H